Rabu, 26 September 2012

Kasus ASTRO: Indonesia Kalah Jumlah dan Teknologi



Browser anda tidak mendukung iFrame

Ilustrasi (ist.)
Jakarta - (Tulisan 2 dari 2)

Penelitian propagasi Ku-band di daerah tropis sudah dilakukan sejak 80-an - 2002. Malaysia, Thailand dan Indonesia adalah negara-negara di mana riset Ku-band sering dilakukan. Dari hasil riset itu terlihat bahwa Ku-band tidaklah seseram yang disangka. Telkom dahulu Perumtel, ITS dan ITB adalah para periset Ku-band di Indonesia.

Hasilnya menunjukkan bahwa Ku-band mempunyai availability 99,7% tidak 99,99% memang, tetapi itu sudah cukup baik. Sayangnya meskipun riset menunjukkan demikian, Indonesia adalah negara yang paling telat mengaplikasikan frekuensi ini untuk satelitnya.


Tertinggal

Malaysia dan Thailand jauh lebih dulu mengaplikasikan frekuensi Ku-band ini untuk satelitnya. Thailand bahkan dengan berani meluncurkan satelitnya yang hanya mempunyai transponder Ku-band saja - iPSTAR (120 BT). Malaysia akan terus meluncurkan satelit Ku-band-nya - Measat 4 atau Measat 1R.

Lagi-lagi Indonesia tertinggal. Menurut informasi PALAPA D akan diluncurkan tahun depan akan mempunyai 5 transponder Ku-band, ini jelas kalah dalam jumlah dibandingkan Thailand dan Measat.

Melihat fakta di atas jelas sekali Indonesia tertinggal dalam hal pemakaian frekuensi Ku-band. Ketertinggalan ini jangan terus menghajar semua provider layanan TV berbayar maupun Internet yang berfrekuensi Ku-band untuk tidak boleh berjualan di Indonesia, dengan segala cara.

Menurut kabar satelit iPSTAR juga belum mendapat izin berjualan di Indonesia. Padahal iPSTAR akan berjualan Internet dan mungkin saja TV berbayar juga, dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan aplikasi sejenis yang dilewatkan dengan frekuensi C - band (6/4GHz.).

C-band adalah frekuensi popular untuk Satelit Komunikasi di daerah tropis, karena tahan terhadap cuaca. Tetapi dengan C-band dish antennanya besar, ini berakibat sulitnya instalasi dan lama, selain juga membuat tarif menjadi mahal. Dengan Ku-band tarif menjadi murah.

Kenyataannya memang tidak ada satelit Indonesia dengan transponder Ku-band yang berkualitas bagus dengan liputan atau footprint dari Sabang sampai Merauke. Jika PALAPA D telat meluncur dan Measat 4 atau Measat 1R meluncur lebih dahulu - akan diluncurkan akhir 2008, maka lagi - lagi pasar akan diambil oleh Malaysia.


Mawas Diri

Indonesia jangan marah kepada Malaysia lalu dengan segala cara menghalangi Malaysia, misalnya dengan mengangkat isu-isu nasionalisme, legal, dan regulasi tapi mawas diri sajalah mengapa kita begini dan lawanlah Malaysia dengan kecerdasan bukan dengan kelicikan.

Apalagi sampai menyebutkan Ku-band merusak tatanan frekuensi di Indonesia. Kalau ada yang mengatakan hal ini sebaiknya belajarlah dahulu soal Satelit Komunikasi dan frekuensi dengan baik.

Akhirul kata, Menkominfo dan Dirjen Postel sebaiknya bijaksanalah dalam hal ini. Jangan sampai segala peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan justru merugikan masyarakat banyak tapi menguntungkan segelintir orang.

Rakyat Indonesia memerlukan infrastruktur Teknologi Informasi yang cepat dan murah yang dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, sehingga rakyat dan bangsa ini bisa cepat mengejar ketertinggalannya dalam segala hal dari negara-negara tetangga dan negara-negara lainnya di dunia ini.

Mengingat wilayah Indonesia yang luas, berpulau-pulau, bergunung-gunung, dan dipisahkan oleh lautan, satelit adalah sebuah infrastruktur Teknologi Informasi yang mau tidak mau harus kita miliki dan frekuensi tinggi seperti Ku-band mempunyai keuntungan yang dapat membuat tarif ke end user murah.


Tulisan sebelumnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar